SEJARAH GUNUNG AGUNG YANG ADA DI BALI
Karangasem. Gunung Agung
merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali. Gunung berapi ini mulanya
memiliki ketinggian sekitar 3.142 meter di atas pemukaan laut (dpl),
namun setelah meletus pada tahun 1963 diperkirakan ketinggiannya turun
menjadi 2.920—3.014 meter dpl. Saat ini, puncak tertinggi Gunung Agung
terletak di bagian barat daya, tepat di atas Pura Besakih.
Gunung Agung merupakan sebuah gunung vulkanik tipe monoconic strato
yang tingginya mencapai sekitar 3.142 meter di atas permukaan laut.
Gunung tertinggi di Bali ini termasuk muda dan terakhir meletus pada
tahun 1963 setelah mengalami tidur panjang selama 120 tahun.
Sejarah aktivitas Gunung berapi Agung memang tidak terlalu banyak
diketahui. Catatan sejarah mengenai letusan gunung ini mulai muncul pada
tahun 1808. Ketika itu letusan disertai dengan uap dan abu vulkanik
terjadi. Aktivitas gunung ini berlanjut pada tahun 1821, namun tidak ada
catatan mengenai hal tersebut. Pada tahun 1843, Gunung Agung meletus
kembali yang didahului dengan sejumlah gempa bumi. Letusan ini juga
menghasilkan abu vulkanik, pasir, dan batu apung.
Sejak 120 tahun tersebut, baru pada tahun 1963 Gunung Agung meletus
kembali dan menghasilkan akibat yang sangat merusak. Berdasarkan buku
yang dikarang Kusumadinata pada tahun 1979 gempa bumi sebelum letusan
gunung berapi yang saat ini masih aktif tersebut terjadi pada 16-18
Februari 1963. Gempa tersebut dirasakan dan didengar oleh masyarakat
yang hidup di sekitar Gunung Agung.
Letusan Gunung Agung yang diketahui sebanyak 4 kali sejak tahun 1800,
diantaranya : Di tahun 1808 ; Dalam tahun ini dilontarkan abu dan batu
apung dengan jumlah luar biasa. 1821 Terjadi letusan normal, selanjutnya
tidak ada keterangan. Tahun 1843 Letusan didahului oleh gempa bumi.
Material yang dimuntahkan yaitu abu, pasir, dan batu apung.
Selanjutnya dalam tahun 1908, 1915, dan 1917 di berbagai tempat di
dasar kawah dan pematangnya tampak tembusan fumarola. 1963 Letusan
dimulai tanggal 18 Pebruari 1963 dan berakhir pada tanggal 27 Januari
1964. Letusan bersifat magnatis. Korban tercatat 1.148 orang meninggal
dan 296 orang luka.
Karakter Letusan
Pola dan sebaran hasil letusan lampau sebelum tahun 1808, 1821, 1843,
dan 1963 menunjukkan tipe letusan yang hampir sama, diantaranya adalah
bersifat eksplosif (letusan, dengan melontarkan batuan pijar, pecahan
lava, hujan piroklastik dan abu), dan efusif berupa aliran awan panas,
dan aliran lava (Sutukno B., 1996).
Periode Letusan
Dari 4 kejadian letusan masa lampau, periode istirahat Gunung Agung
dapat diketahui yakni terpendek 16 tahun dan terpanjang 120 tahun.
Letusan 1963 ; Kronologi Letusan tahun 1963.
Lama letusan Gunung Agung tahun 1963 berlangsung hampir 1 tahun, yaitu
dari pertengahan Pebruari 1963 sampai dengan 26 Januari 1964, dengan
kronologinya sebagai berikut : .
16 Pebruari 1963 : Terasa gempa bumi ringan oleh penghuni beberapa
Kampung Yehkori (lebih kurang 928 m dari muka laut) di lereng selatan,
kira-kira 6 kilometer dari puncak Gunung Agung.
17 Pebruari 1963 : Terasa gempa bumi di Kampung Kubu di pantai timur
laut kaki gunung pada jarak lebih kurang 11 km dari lubang kepundannya.
18 Pebruari 1963 : Kira-kira pukul 23.00 di pantai utara terdengar suara gemuruh dalam tanah.
19 Pebruari 1963 : Pukul 01.00 terlihat gumpalan asap dan bau gas
belerang. Pukul 03.00 terlihat awan yang menghembus dari kepundan,makin
hebat bergumpal-gumpal dan dua jam kemudian mulai terdengar dentuman
yang nyaring untuk pertama kalinya. Suara yang lama bergema ini kemudian
disusul oleh semburan batu sebesar kepalan tangan dan diakhiri oleh
sembuaran asap berwarna kelabu kehitam-hitaman . Sebuah bom dari jauh
tampak sebesar buah kelapa terpisah dari yang lainnya dan dilontarkan
lewat puncak ke arah Besakih. Penghuni Desa Sebudi dan Nangka di lereng
selatan mulai mengungsi, terutama tidak tahan hawa sekitarnya yang mulai
panas dan berbau belerang itu. Di sekitar Lebih, udara diliputi kabut,
sedangabu mulai turun.
Air di sungai mulai turun. Air di sungai telah berwarna coklat dan
kental membawa batu dengan suara gemuruh, tanda lahar hujan permulaan.
Penghuninya tetap tenang dan melakukan persembahyangan. Pukul 10.00
terdengar lagi suara letusan dan asap makin tebal. Pandangan ke arah
gunung terhalang kabut, sedang hujan lumpur mulai turun di sekitar
lerengnya.
Di malam hari terlihat gerakan api pada mulut kawah, sedangkan kilat sambung-menyambung di atas puncaknya.
20 Pebruari 1963 : Gunung tetap menunjukkan gerakan berapi. 06.30
terdengar suara letusan & terlihat lemparan bom lebih besar. 07.30
penduduk Kubu mulai panik, banyak diantara mereka mengungsi ke Tianyar,
sedangkan penghuni dari lereng selatan pindah ke Bebandem dan Selat.
21 Pebruari 1963 : Asap masih tetap tebal mengepul dari kawah.
22 Pebruari 1963 : Kegiatan terus menerus berupa letusan asap serta loncatan api dan suara gemuruh.
23 Pebruari 1963 : Pukul 08.30 sekitar Besakih, Rendang dan Selat dihujani batu kecil serta tajam, pasir serta abu.
24 Pebruari 1963 : Hujan lumpur lebat turun di Besakih mengakibatkan
beberapa bangunan Eka Dasa Rudra roboh. Penduduk Temukus mengungsi ke
Besakih. Awan panas letusan turun lewat Tukad Daya hingga di Blong.
25 Pebruari 1963 : Pukul 15.15 awan panas turun di sebelah timurlaut
lewat Tukad Barak dan Daya. Lahar hujan di Tukad Daya menyebabkan
hubungan antara Kubu dan Tianyar terputus. Desa Bantas-Siligading
dilanda awan panas mengakibatkan 10 orang korban. Lahar hujan melanda 9
buah rumah di Desa Ban , korban 8 orang.
26 Pebruari 1963 : Lava di utara tetap meleler. Lahar hujan mengalir
hingga di Desa Sogra, Sangkan Kuasa. Asap tampak meningkat dan penduduk
Desa Sogra, Sangkan Kuasa, Badegdukuh dan Badegtengah mengungsi ke
selatan.
Di Lebih hujan yang agak kental dan gatal turun. Lahar terjadi di
sekitar Sidemen. Juga lahar mengalir di utara di Tukad Daya dan Tukad
Barak. Pukul 18.15 hujan pasir di Besakih. Pangi diliputi hawa belerang
yang tajam sekali. Penduduknya mengungsi ke Babandem. Kemudian kegiatan
Gunung Agung ini terus menerus berlangsung, boleh dikatakan setiap hari
hujan abu turun, sementara sungai mengalirkan lahar dan lava terus
meleler ke utara.
17 Maret 1963 : Merupakan puncak kegiatan. Tinggi awan letusan mencapai
klimaksnya pada pk. 05.32. Pada saat itu tampak awan letusannya menurut
pengamatan dari Rendang sudah melewati zenith dan keadaan ini
berlangsung hingga pukul 13.00. Awan panas turun dan masuk ke Tukad
Yehsah, Tukad Langon, Tukad Barak dan Tukad Janga di selatan. Di utara
gunung sejak pukul 01.00 suara letusan terdengar rata-rata setiap lima
detik sekali. Awan panas turun bergumpal-gumpal menuju Tukad Sakti,
Tukad Daya dan sungai lainnya di sebelah utara. Mulai pukul 07.40 lahar
hujan terjadi mengepulkan asap putih, dan ini berlangsung hingga pukul
08.10.
Pukul 08.00 turun hujan abu, pada pukul 09.20 turun hujan kerikil, dan sementara itu awan panas pun turun bergelombang.
Pada pukul 11.00 hujan abu makin deras hingga penglihatan sama sekali terhalang.
Pada pukul 12.00 lahar yang berasap putih itu mulai meluap dari tepi
Tukad Daya. Baru pukul 12.45 hujan abu reda dan kemudian pukul 15.30
suara letusan pun berkurang untuk selanjutnya hilang sama sekali.
Adapun sungai yang kemasukan awan panas selama puncak kegiatan ini
adalah sebanyak lk. 13 buah di lereng selatan dan 7 buah di lereng
utara. Jarak terjauh yang dicapainya adalah lebih kurang 14 kilometer,
ialah di Tukad daya di utara. Sebelah barat dan timur gunung bebas awan
panas. Lamanya berlangsung paroksisma pertama ini yakni selama lebih
kurang 10 jam yakni dari pukul 05.00 hingga pukul 15.00.
21 Maret 1963 : Kota Subagan, Karangasem terlanda lahar hujan hingga
jatuh korban lebih kurang 140 orang. Setelah letusan dahsyat pada
tanggal 17 Maret ini, maka aktivitasnya berkurang, sedang suara gemuruh
yang tadinya terus menerus terdengar hilang lenyap. Demikian leleran
lava ke utara berhenti pada garis ketinggian 501,64 m dan mencapai jarak
lebih kurang 7.290 m dari puncak.
16 Mei 1963 : Paroksisma kedua diawali oleh letusan pendahuluan,
mula-mula lemah dan lambat laun bertambah kuat. Pada sore hari 16 Mei,
kegiatan meningkat lagi terus meneru, hingga mencapai puncaknya pada
pukul 17.07. Pada umumnya kekuatan letusan memuncak untuk kedua kali ini
tidak sehebat yang pertama. Awan letusannya mencapai tinggi kira-kira
10.000 m di atas puncak, sedang pada pukul 17.15 hujan lapili mulai
turun hingga pukul 21.13. Sungai yang kemasukan awan panas adalah
sebanyak 8 buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh yang
dicapai lebih kurang 12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya
berlangsung paroksisma lebih kurang 6 jam, yakni dari pukul 16 hingga
sekitar pukul 21.00. Pada umumnya kekuatan letusan memuncak untuk kedua
kali ini tidak sehebat yang pertama. Awan letusannya mencapai tinggi
lebih kurang 10.000 m di atas puncak, sedang pada pukul 17.15 hujan
lapili mulai turun hingga pukul 21.13. Sungai yang kemasukan awan panas
adalah sebanyak 8 buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh
yang dicapai lk. 12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya
berlangsung paroksisma lebih kurang 6 jam, yakni dari pukul 16 hingga
sekitar pukul 21.00.
Nopember 1963 : Tinggi asap solfatara/fumarola mencapai lebih kurang
500 m di ats puncak. Sejak Nopember warna asap letusan adalah putih.
10 Januari 1964 : Tinggi hembusan asap mencapai 1500 m di atas puncak.
26 Januari 1964 : Pukul 06.50 tampak kepulan asap dari puncak Gunung
Agung berwarna kelabu dan kemudian pada pukul 07.02, 07.05 dan 07.07
tampak lagi letusan berasap hitam tebal serupa kol kembang, susul
menyusul dari tiga buah lubang, mula-mula dari sebelah barat lalu
sebelah timur mencapai ketinggian maksimal lebih kurang 4.000 m di atas
puncak. Seluruh pinggir kawah tampak ditutupi oleh awan tersebut. Suara
lemah tetapi terang terdengar pula.
27 Januari 1964 : Kegiatan Gunung Agung berhenti
Produk Letusan 1963 Lahar Hujan: Sesuai dengan letak geografi dari
Gunung Agung yang bertindak sebagai penangkap hujan angin tenggara yang
menghembus, lahar besar dimulai di lereng utara, kemudian di lereng
timur menenggara untuk kemudian lambat laun bergeser ke jurusan barat
dan mencapai klimaksnya di lereng selatan baratdaya. Lahar besar ke
selatan mulai meluas pada ketinggian 500 m antara Rendang dan
padangkerta. Kemudian di bawah Tukad Jangga, yakni di Tukad Krekuk dan
Jasi, Bugbug dan akhirnya di Tukad Unda. Mengingat daerah utara
terletak dalam bayangan hujan, laharnya bukan bayangan daripada endapan
lepas, yang sebenarnya maksimal jatuh di sebelah sini.
Aliran Lava : Lava yang meleler antara 19 Pebruari dan 17 Maret 1963
mengalir dari kawah utama di puncak ke utara, lewat tepi kawah yang
paling rendah, berhenti pada garis ketinggian 505,64 m dan mencapai
jarak lebih kurang 7.290 m. Isi lava tersebut ditaksir sebanyak lebih
kurang 339,235 juta m3.
Bahan Lepas : Terdiri dari bom gunungapi, lapili, pasir dan abu, baik
berasal dari awan panas letusan maupun dari ledakan kawah pusat. Jumlah
seluruhnya selama roda kegiatan berlangsung : Eflata (bom, pasir dan
abu) lebih kurang 380,5 . 106 m3, Ladu lebih kurang 110,3 . 106 m3.
Awan Panas Gunung Agung : Di Gunung Agung terdapat dua macam awan
panas, yakni awan panas letusan dan awan panas guguran. Awan panas
letusan terjadi pada waktu ada letusan besar. Pada waktu itu maka bagian
bawah dari tiang letusan yang jenuh dengan bahan gunung api melampaui
tepi kawah dan meluncur ke bawah. Bergeraknya melalui bagian yang rendah
di tepi kawah, ialah lurah dan selanjutnya mengikuti sungai. Kecepatan
dari awan letusan ini menurut pengamatan dari Pos Rendang adalah
rata-rata 60 km per jam dan di sebelah selatan mencapai jarak paling
jauh 13 km, yakni di Tukad Luah dan di sebelah utara 14 km di Tukad
Daya.
Menurut Suryo (1964) selanjutnya, awan panas guguran adalah awan panas
yang sering meluncur dari bawah puncak (tepi kawah). walaupun tidak ada
letusan dapat terjadi awan panas guguran. Dapat pula terjadi apabila
terjadi bagian dari aliran lava yang masih panas gugur, seperti terjadi
pada waktu lava meleler di lereng utara.
Daerah yang terserang awan panas letusan pada kegiatan 1963 terbatas
pada lereng selatan dan utara saja, karena baik di barat maupun di
sebelah timur kawah ada sebuah punggung. Kedua punggung ini memanjang
dari barat ke timur. Awan panas letusan yang melampaui tepi kawah bagian
timur dipecah oleh punggung menjadi dua jurusan ialah timur laut dan
tenggara. Demikian awan panas di sebelah barat dipecah oleh punggung
barat ke jurusan baratdaya dan utara. Awan panas letusan yang terjadi
selama kegiatan 1963 telah melanda tanah seluas lebih kurang 70km2 dan
menyebabkan jatuh 863 korban manusia.
Korban Kegiatan Gunung Agung
Menurut Suryo (1965, p.22-26) ada 3 sebab gejala yang menyebabkan jatuh
korban selama kegiatan Gunung Agung dalam 1963, yakni akibat awan
panas, piroklastika dan lahar. Akibat awan panas meninggal 820 orang, 59
orang luka. Akibat Piroklastika meninggal 820 orang, luka 201 orang.
Akibat lahar meninggal 165 orang, 36 orang luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar